Wednesday, May 7, 2008

Mimpi-Mimpi Hari Gini

Secara awal Juni saya harus cabut ke Bogor, In term of celebrating my sayonara weeks, tadi malem saya ngubeng-ngubeng jogja lagi, yah...bahasa gaulnya sih hang out, tapi saya lebih memilih menggunakan bahasa psikologi populer untuk kondisi di atas, yaitu share quality time, soalnya impresi yang saya dapet dari kata ngubeng-ngubeng adalah kurang kerjaan banget, sementara kata hang out berkesan buang-buang waktu gak berguna, nah...buat saya, share quality time memberikan nilai plus pada aktifitas gak penting yang sering saya nikmati seperti duduk santai sambil ngopi-ngopi dan ngobrol hahahihi yang gak butuh tingkat intelektualitas sekelas Einstein untuk melakukannya he..he *nyengir mode*

Sayangnya pas makan malem bareng temen yang saya ajak ngubeng-ngubeng itu, ada sms dari Dani, temen saya yang gawe di EMAX, "Tumben ni anak sms gw" gitu kalimat yang ada di kepala saya waktu itu, dan penjelasan untuk kata tumben tadi adalah sms yang berisi informasi tentang mahluk Tuhan satu itu (yang saya males banget buat ngebahasnya), katanya mahluk itu dateng ke EMAX. Berhubung malem itu saya lagi pengen menciptakan memorable moment dan sudah membuang semua data ingatan tentang mahluk itu ke dalam trash bin di bagian departemen memori di otak saya, maka saya bales sms Dani, dengan keji saya maki mahluk itu sekeji film-filmnya psycho-nya Quentin Tarantino dan horor malesin-nya Wes Craven. Saya menyebut mahluk itu dengan sebutan mamalia berkaki empat, yang ekornya mengibas-ngibas kala bahagia, menggonggong, dan terkenal sebagai sahabat terbaik manusia he..he..he ;p setidaknya dalam klasifikasi mahluk hidup, dia tidak menempati posisi terendah lah seperti..apa yah? apa sih mahluk yang masuk klasifikasi paling rendah dan primitif??? (duuuh...anak biologi, bantuin dooooong!!!...amoeba bukan sih..?)

Well, ending dari sms kita adalah tertawa bersama, pertanda mahluk itu gak layak buat di bahas, lagipula masih ada hal lain menunggu buat kita kupas gak pake tuntas yang kita obrolin malem itu, hal lain itu adalah kata yang berbunyi REALISTIS.

REALISTIS..
kata sakti satu ini laksana racun buat jiwa-jiwa yang sedang BERMIMPI (kebanyakan baca Andrea Hirata nih, walo ga suka *halah* ;p). Ketika kita punya mimpi-mimpi dan kita sharesama orang lain, respon yang kadang kita dapet adalah kalimat sebagai berikut:

"Jadi orang tuh realistis aja deh"
"Mimpi kali lo, realistis dong.."

Emang bener sih, kita kudu realistis, misalnya saya males seumur hidup berpergian pake angkot mlulu, saya mimpi punya mobil, tapi cuma punya duit 14 juta, ya gak usah maksain beli mobil seharga 140 juta, ya emang gak bisa juga, kan? emang harus realistis. Tapi dengan duit 14 juta itu, bukan berarti saya gak bisa beli alat transportasi laen, kan? bisa kok beli motor sambil terus memelihara mimpi saya untuk bisa punya mobil (nabung aja dulu ampe mampus hi hi). Hanya karena harga mobil 140 juta sementara duit saya cuma 14 juta bukan berarti saya harus mengubur dalam-dalam mimpi saya untuk punya mobil di dasar lapisan bumi yang paling bawah, kan?. Buat saya Being realistic and keeping dreams alive adalah dua hal yang sebaiknya di sikapi dengan cara berbeda. Seperti yang ditulis Andrea Hirata di buku Sang Pemimpi, ketika tokoh Ikal merasa bahwa dia harus realistis menghadapi hidup yang justru kadar kerealistisannya itu mengubahnya menjadi seorang pesimis.

Namun tak pernah kusadari sikap realistis sesungguhnya mengandung bahaya, sebab ia memiliki hubungan linear dengan perasaan pesimis. Realistis tak lain adalah pedal rem yang sering menghambat harapan orang
(Sang Pemimpi - Andrea Hirata)

untungnya saat |Ikal mulai tenggelam dalam perasaan pesimisnya, tokoh Pak Mustar, guru SMA BukanMain hadir memberikan enlightment

"Mengapa kau berhenti bercita-cita, Bujang? Pahamkah engkau, berhenti bercita-cita adalah tragedi terbesar dalam hidup manusia!!".

Kalo versi saya, memelihara mimpi, harapan, cita-cita, atau apapun itu istilahnya, tergantung cara kita memandangnya, kacamata apa yang kita pake? (CK atau DKNY ;p kekeke bcanda ding..) kacamata plus ato minus? (pilih sesuai rabun yang diderita hihihi) oke..oke serius nih, bener-bener tergantung kacamata yang kita pake, positif atau negatif? Kalo kita udah negatif duluan, ketika mimpi bertemu realitas maka akan berbenturan dan biasanya sang mimpi pun bubar jalan (graaak!). Kita bisa menyikapi mimpi dengan kacamata positif tanpa mengabaikan realitas yang ada, karena elemen hidup bukan cuma realitas dan mimpi yang saling berbenturan, ada jembatan lain yang bisa menghubungkan kedua-nya..jembatan itu saya beri nama possibilities...







No comments: