Tuesday, August 12, 2008

Untuk Sebuah Penantian

Merelakan sesuatu bukan suatu hal yang mudah...
Jadi ketika teman-teman saya bilang, "Just let it go", saya pun hanya mengiyakan di mulut saja...
hati saya berkata lain, hati saya ingin ia kembali (makan deh tuh hati Dis! emang lo bisa idup cuma bermodal hati doang, coba dong di pikir pake otak!!!)

Ketika teman saya yang juga temannya bilang, "Jangan terlalu dipikirin, Dis, gw kasian sama lo-nya", saya juga hanya mengiyakan..
yah..lately I just lost words..cuma bisa bilang iya dan nggak..
Pengen banget gak terlalu mikirin, tapi tanpa saya pikirin pun toh dia slalu ada di kepala dan hati saya, lekat di sana, apapun yang saya lakukan dan sedang bersama siapapun saya, dia gak pernah sedikit pun lepas dari ingatan (remember Ingat Kamu?, lagunya Maia yang malesin banget itu, kan?), ya gitu itu deh yang saya rasain..., saya rasain sampe mungkin nanti akhirnya saya mati rasa...

Ketika teman lainnya bilang, "Lo nungguin apa sih, Dis?" kali ini saya tidak mengiyakan..
saya ingin sekali berhenti menanti..tapi saya gak yakin apakah saya memang benar-benar ingin berhenti menanti?
Semakin besar keinginan saya untuk berhenti menanti, sebesar itu pula keinginan saya untuk tetap menanti..
mungkin saya sedang menanti yang tidak pasti
mungkin saya menanti yang tidak akan pernah lagi kembali..
yang jelas, saya gak bisa mengingkari hati kecil saya, yang memang masih menantinya kembali..

Sebelum smuanya bermula, satu waktu saya pernah bilang padanya, "Aku gak mau sakit hati lagi, Man..".
Dia bilang "Siapa yang mau nyakitin kamu, Dis..?".
Lalu ia meminta saya untuk memberinya WAKTU...
saya pun memberinya WAKTU yang ia minta...
sampai saat ini, WAKTU itu pun masih miliknya..walau ia mungkin sudah tidak lagi membutuhkannya, sudah tidak lagi menginginkannya...
Tapi WAKTU itu masih saya berikan untuknya...

Dan perlahan..dengan keyakinan saya akan perasaannya, saya pun mulai membuka hati saya yang selama ini saya bungkus rapi dan sangat hati-hati, karena banyak luka di sana...sedikit saja goresan atau benturan bisa membuatnya hancur berantakan lagi...
Perlahan, dengan membangun kepercayaan yang bertahap padanya, saya pun memberikan hati saya kepadanya, untuk dia jaga...
saya berharap ia tidak akan pernah menyakitinya, seperti janjinya dulu, dia pernah berjanji, kan? ketika saya bilang "Aku gak mau sakit hati lagi, Man.." dia pun berjanji "Siapa yang mau nyakitin kamu, Dis..?".

Maka saya serahkan hati saya padanya...
Tapi saya lupa bahwa ia sangat pelupa, harusnya saya memberikan hati saya dalam sebuah kotak yang bertuliskan "FRAGILE, PLEASE HANDLE WITH CARE", agar ia selalu ingat untuk tidak menyakiti hati saya..
Dan ketika akhirnya dia membuat hati itu kembali menjadi kepingan, saya sama sekali tidak bisa menyalahkannya..
Adalah saya.., saya yang memutuskan untuk menyerahkan hati saya padanya..
Apakah ia pernah memintanya? mungkin slama ini ia tidak pernah memintanya...
mungkin smua hanya perasaan saya saja...
ia sudah punya hati yang lain, kan?
Jadi buat apa ia menginginkan hati saya juga..?

saya bukannya baru sekali patah hati
sering..dan akhirnya toh sembuh juga..

but nothing like this before..


biasanya selalu ada keping hati yang tersisa
untuk saya simpan dan rawat kembali...
Sekarang berbeda..
Saya sudah tidak punya lagi keping hati yang tersisa..
smuanya sudah saya serahkan untuknya, padanya...
saya tidak punya lagi sisa hati untuk di bagi dengan siapapun...
smuanya sudah saya berikan padanya...

saya menantinya
karena saya sudah memberikan seluruh waktu dan hati saya
untuknya...

Satu malam ia mengirim sebuah sms yang saya anggap sebagai sms hiburan, katanya "Sepertinya ada kata yang hilang ya? Tapi biarlah nanti pasti ketemu lagi deh".

Kata itu gak pernah hilang, Man..
Kata itu masih dan selalu ada di hati
Kamu gak akan pernah kehilangan kata itu...
Aku yang kehilangan..
Kehilangan kata itu, kehilangan sekotak penuh cinta, kehilangan seluruh bagian hatiku,
dan kehilangan kamu....


Thanks a bunch buat Shanty
Shan, FOTO SAAT ITU udah gw cetak...
I start talking to a photograph...bukan hal yang sulit ternyata, secara I get used to talk to a microphone, with no one around, cuma berteman mixer dan headphone, ya kan? I'm still pretty good at it :)





No comments: