Monday, February 18, 2008

Puzzle Kebohongan

saya menemukan kebenaran dari sebuah kebohongan, seringkali...

once in a while, kalo lagi kepepet, saya juga (sering) bohong. Dibohongin? lebih sering (he..he, malangnya saya!), biasanya kalo abis di bohongin, saya suka ndadak nyari cermin (buat ngaca dong, masa iya buat nyisir???), siapa tau pas ngaca di jidat saya tertulis "saya gampang dibohongin, loh", tapi berkali-kali saya liat ni jidat, bersih tuh, ga ada tulisan apapun, malahan si jidat adalah bagian wajah saya yang paling mulus di antara bagian wajah lainnya yg kadang berjerawat, it's totally spotless!!! (duuuuh..., emang sayanya aja yang kelewat bego kali, ya? makanya gampang banget di bohongin ;p )

Hiiih? masa sih, saya sebodoh itu? gak ah...
setelah saya pikir-pikir, walo minyak goreng saya bukan FILMA, akal sehat saya sebenernya tau koq kalo lagi dibohongin, tapi hati saya aja yg ga bisa di ajak kompakan ma akal sehat, jadinya : Heart - denial mode On. Atau ada kalanya juga si akal sehat dan hati se-iya se-kata, mengucap bersama-sama dengan penuh keyakinan "Yeaaaa, Dhis...lo di bohongin (lagi) tuuuuuh!". Sering juga sih saya clueless, really have no idea kalo saya dibohongin. He? clueless? wait..wait..se-ben-tar..(berusaha me-recall memori), ternyata saya ga se-clueless itu koq, the signs were right there! in front of my face! I just didn't see it..simply coz I didn't want to

Beneran deh.., sebenernya ada sebuah sistem dalam tubuh saya yang bereaksi secara otomatis ketika ada yang bohong sama saya, sebuah 'perasaan aneh' yang sulit buat di deskripsikan, tapi ketika perasaan itu muncul, saya mendadak gelisah tanpa sebab, merasa limbung tidak kokoh berpijak, and just can't stop thinking...setengah berfikir dan berfikir setengah-setengah, ga utuh...kayaknya otak saya tiba-tiba sibuk men-scanning banyak hal di kepala tanpa di perintah, dan perasaan aneh itu datang dan pergi untuk kembali (Ello bangeeeeeetttt!!!) sesukanya (jelangkung bangeeeeet hi hi)

Lama-lama saya jadi akrab sama si 'perasaan aneh' itu, ternyata dia datang dan pergi bukannya tanpa sebab. Dia mulai terasa ketika mata saya mulai bisa melihat signs bahwa saya di bohongin, dan pergi lagi karena hati belum bisa menerima kebenaran data-data yang di proses otak setelah mata melihat signs tadi itu. Memang butuh waktu untuk bikin kompak otak sama hati, apalagi umumnya sign, clue, or whatsoever namanya itu hadir dalam bentuk kepingan, tidak utuh, yah kayak puzzle lah..butuh waktu, kejelian, moreover kesabaran untuk menemukan kepingan yang pas dan di susun pada posisi yang tepat, so..it's just about time sampai akhirnya saya mendapatkan sebuah puzzle utuh bertuliskan 'Kebohongan'

Ketika saya sudah menyelesaikan puzzle-nya, 'perasaan aneh' itu pun lenyap (whuuuzzz...). Ouuw...rupanya otak dan hati sudah menemukan kesepakatan, memaknai sign, clue, or whatsoever namanya itu tadi, merangkumnya menjadi sebuah kata paten, yaitu 'Kebohongan'

Seiring lenyapnya 'perasaan aneh' saya baru-baru ini, saya menemukan bahwa kejelian dan kesabaran untuk mengamati dan melihat sign, clue, or whatsoever namanya itu tadi adalah sebuah bentuk kecerdasan tersendiri, yang artinya saya ga bego-bego banget dong, yah? trus kalo saya ga cukup bodoh (untuk tidak terdenger narsis dengan menyebutkan bahwa saya cukup cerdas ;p ) untuk di bohongin, knapa dong masih aja saya di bohongin? well...it's just simply because i let all the lies come into my life, I give them chances, and because I really wanna think the other way (bahwa itu semua bukanlah kebohongan)
























No comments: